Di penghujung tahun ini, kami mendapatkan kabar gembira dari 4 Jobseeker Kerjabilitas yang berhasil ditempatkan dalam pekerjaan dan program magang di beberapa posisi yang berbeda. Siapa-siapa saja dan bagaimana mereka berhasil mendapatkan pekerjaan tersebut? Simak ceritanya di sini.
Andhy Rahadhyan
Adhy Rahadhyan yang penyandang disabilitas daksa kelahiran Bandung ini mulai bekerja di PT. Eigerindo MPI pada bulan Oktober 2016. Setelah melamar lowongan dari PT. Eigerindo MPI yang ditayangkan Kerjabilitas.com, Andy menunggu selama 2 minggu hingga proses selanjutnya. Dalam proses wawancara Adhy tidak mengalami kesulitan. Menurut Adhy, proses wawancara berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala.
Adhy juga menceritakan bahwa ia tidak mendapatkan perlakuan yang berbeda saat ia berada dikantor. PT. Eigerindo MPI tempatnya bekerja memiliki gagasan yang baik terhadap peraturan bagi seluruh karyawannya, yaitu setiap orang yang membangun relasi dengan baik di dalam pekerjaannya akan mudah untuk menemukan keluarga baru dilingkungan kerja tersebut. Dari situlah Adhy merasa nyaman, semua karyawan menyambut dengan baik.
Mendapat pekerjaan dengan cepat melalui Kerjabilitas.com adalah berkah yang didapat Adhy. Ia merasa beruntung dan bersyukur mendapatkan perkerjaan tersebut, karena dengan bekerja Adhy bisa menjawab tantangan yang selama ini orang kira bahwa seorang penyandang disabilitas tidak mampu bekerja. "Pekerjaan ini akan memotivasi saya untuk menunjukan kemampuan yang saya miliki, sehingga penyedia kerja bisa melihat kemampuan penyandang disabilitas dalam bekerja, sehingga tidak lagi memandang sebelah mata seorang penyandang disabilitas."
“Tetap berusaha untuk teman-teman penyandang disabilitas yang mungkin saat ini belum memiliki pekerjaan. Setiap manusia pasti memiliki jalan untuk mendapatkan pekerjaan. Jangan lupa usaha tersebut harus diiringi dengan kerja keras dan tidak boleh putus asa. Percaya dengan kemampuan diri, yakin terhadap setiap yang dilakukan. Hilangkan perasaan “minder”, tetap semangat dalam setiap kondisi apapun”, pesan Adhy untuk semua teman penyandang disabilitas.
Stefanus Sinar Firdaus
Stefanus Sinar Firdaus yang merupakan lulusan Institut Kesenian Jakarta ini memang sudah terlahir tuli sejak bayi. Selama kecil dia memang mengalami masalah pendengaran dan bicara. Pada saat itu ia bersekolah di Yayasan Santi Rama lalu Pangudi Luhur sebelum akhirnya mengambil Jurusan Desain Grafis di Institut Kesenian Jakarta.
Setelah lulus pada tahun 2014, Stefan bekerja di PT. Wijaya Arta Mandiri untuk posisi Desain Grafis. Selama bekerja di PT Wijaya Arta Mandiri jenis pekerjaan yang ia lakukan adalah mendesain berbagai media, katalog, booklet dan company profile, tak jarang Stefan juga mengurusi Marketing Communication dengan membuat artwork di media sosial dan Visual Merchandise sebagai bagian untuk meningkatkan pemasaran produk dari perusahaan tersebut.
Pria 27 tahun yang mempunyai hobi menggambar ini mengungkapkan bahwa hobinya lah yang menuntun ia ke pekerjaannya yang sekarang. Hobi menggambar tersebut lama kelamaan berkembang menjadi bentuk ilustrasi dan elemen grafis. Yang berujung pada pembuatan karya yang ternyata tak hanya bermanfaat bagi dirinya namun juga bagi perusahaan dimana ia bekerja.
Bergabung dengan situs Kerjabilitas.com pada awal Oktober lalu, Stefan menjajal kesempatannya di Kerjabilitas.com atas informasi dari rekannya yang sesama tuli juga yang terlebih dahulu bergabung, bahwa ada lowongan untuk program pemagangan di PT. Amerta Indah Otsuka untuk posisi Desain Grafis. Program pemagangan tersebut akan berlangsung selama 6 bulan dan bertempat di Jakarta. Setelah bergabung di Kerjabilitas.com Stefan kemudian melamar posisi pekerjaan tersebut. Satu bulan setelah melamar Stefan mendapat panggilan untuk interview. “Saya tertarik dan ingin mencoba pengalaman baru, jadi saya mencoba daftar di PT. Amerta Indah Otsuka. Saat itu saya tidak berharap banyak karena saya masih disibukkan dengan pekerjaan saya di PT. Wijaya Arta Mandiri” ungkap Stefan.
Proses wawancara kerja yang Stefan jalani juga terbilang singkat, yaitu hanya sekitar 30 menit. Selama wawancara berlangsung Stefan tidak menggunakan pendamping, ia terbiasa untuk mandiri menjalani aktivitasnya, ia juga mengungkapkan bahwa ketika proses interview ia meminta agar pihak dari PT. Amerta Indah Otsuka berbicara dengan pelan dan (membuka mulut dengan) lebar.
Selama bekerja di PT. Wijaya Arta Mandiri banyak pengalaman yang dialami Stefan, ia juga bercerita bahwa ia tidak mengalami kesulitan yang berarti meskipun terkadang ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak bisa ia lakukan seperti tidak bisa telepon, ataupun diberi kepercayaan berkomunikasi dengan mitra kerja. “Namun saya masih bisa membuktikan diri sendiri dengan hal lain yaitu kemampuan mendesain dan komitmen kerja dalam pekerjaan, yang terpenting adalah tetap berpikir positif, optimis dan yakin kalau kita bisa membuktikan diri di depan orang-orang yang telah percaya dengan kita ” tambah Stefan.
Santi Setyaningsih
Santi Setyaningsih, penyandang disabilitas rungu lulusan 2016 salah satu universitas di Purwokerto jurusan Sosiologi. Menemukan pekerjaannya melalui Kerjabilitas setelah beberapa bulan menganggur paska lulus. Santi yang dulu pernah menjadi lecturer assistant di kampusnya semasa kuliah, mengungkapkan bahwa ia kesulitan mendapatkan pekerjaan sebelum tahu Kerjabilitas.
Santi akhinya menemukan pekerjaannya melalui Kerjabilitas.com pada bulan Oktober. Santi diterima di Pusat Rehabilitasi Yakkum sebagai Staf Admin setelah melakukan proses wawancara dan psikotes. Santi menceritakan bahwa Santi tidak kesulitan dalam melakukan wawancara dengan pihak Yakkum. Selain pihak Yakkum yang sudah terbiasa berinteraksi dengan penyandang disabilitas, Santi yang saat wawancara tidak ditemani penterjemah sudah terbisa bersosialisai dengan mereka yang non disabilitas, “Tidak ada kesulitan saat wawancara, mereka (pihak Yakkum) bisa mengerti apa yang saya sampaikan, saya juga bisa membaca gerak bibir, jadi tidak usah pake penterjemah”, ungkap Santi.
Santi yang berasal dari Purbalingga Jawa Tengah menceritakan kepada tim Kerjabilitas bahwa ini kali pertamanya tinggal di Yogyakarta. Santi yang tidak memiliki keluarga atau saudara di Yogyakarta sudah terbiasa hidup jauh dari keluarga. “Saya akan sendiri di Yogyakarta, saya tidak ada keluarga atau saudara, saya juga belum punya kenalan di Yogyakarta. Tapi tidak apa-apa karena saya sudah terbiasa menumpang atau menginap di rumah teman-teman saya. Hidup saya berpindah-pindah," lanjutnya sambil tersenyum.
Santi juga mengucapkan terima kasih kepada Kerjabilitas yang sudah menyebarluaskan informasi lowongan bagi penyandang disabilitas.
Santi juga sempat berpesan kepada teman-teman penyandang disailitas rungu dan wicara yang seperti Santi. “Kita (penyandang disabilitas rungu-wicara) memiliki bakat dan potensi, kita harus mengembangkan itu. Kalau bakat dan potensi yang kita miliki kita gali dengan baik, maka hasilnya akan luar biasa. Jadi buat teman-teman tunarungu-wicara jangan ragu, malu, atau tertutup untuk menggali bakat dan potensi yang kita miliki. Saya yakin jika kita mau terbuka, mereka yang non disabilitas mau menerima kita kok,” pesan Santi.
Shandy Rahmat
Beberapa bulan yang lalu Kerjabilitas berkesempatan untuk mengikuti Job Fair di kota Kediri. Hari ke-2 tim Kerjabilitas mengikuti Job Fair, kami kedatangan Shandy, penyandang disabilitas rungu dari Jombang. Shandy harus naik kendaraan umum berangkat dari Jombang menuju Kediri dengan waktu tempuh sekitar 1.30 jam perjalanan untuk menemui tim Kerjabilitas.
Saat Shandy berbincang dengan tim Kejabilitas (Shandy yang disabilitas rungu masih bisa memahami gerak bibir) Shandy yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Akuntansi di kota Jombang, memberitahu kami jika Shandy ingin bekerja. Shandy sudah lama menganggur setelah Shandy lulus dari sekolah. Ketika tim Kerjabilitas bertanya pekerjaan apa yang Shandy inginkan, Shandy pun menjawab jika Shandy ingin bekerja sebagai Cleaning Service. Beberapa saat tim Kerjabilitas berbincang dan membantu Shandy untuk membuat akun di Kerjabilitas, Shandy pun bercerita jika Shandy menjadi disabilitas rungu sejak usia sekolah dasar.
Empat bulan berlalu, hingga dibulan November 2016 tim Kerjabilitas mendengar kabar jika Shandy mendapatkan pekerjaan sebagai Cleaning Service disalah satu perusahaan inklusi di Yogyakarta. Awalnya Shandy bingung, apakah pekerjaan itu akan Shandy ambil atau tidak. Shandy sempat melakukan konsultasi dengan tim Kerjabilitas Surabaya, apakah tim Kerjabilitas bisa mendampingi Shandy dalam wawancara, bukan tanpa alasan Shandy bertanya kepada tim Kerjabilitas apakah tim Kerjabilitas bisa mendampingi Shandy pergi ke Yogyakarta, karena Shandy sebelumnya belum pernah pegi jauh sendiri, Shandy cemas jika Shandy kesulitan untuk berkomunikasi saat diperjalanan, dan Shandy sama sekali tidak memiliki kenalan di Yogyakarta. Setelah tim Kerjabilitas beri masukkan, akhirnya Shandy berangkat sendiri ke Yogyakarta untuk wawancara, tanpa dampingan keluarga atau tim Kerjabilitas.
Shandy yang dari awal memiliki keinginan untuk bekerja sebagai Cleaning Service, akhirnya cita-cita Shandy terwujud. Shandy diterima bekerja sebagai Cleaning Service diperusahaan Trust and Clean di Yogyakarta. Tim Kerjabilitas sempat melakukan komunikasi dengan pemimpin perusahaan dimana Shandy bekerja. “Saya suka dengan pekerjaan Shandy mbak, Shandy itu rajin”, tutur pimpinan perusahaan.
Kepada tim Kerjabilitas, Shandy juga bercerita jika Shandy senang bisa bekerja di Yogyakarta berkat Kerjabilitas. Walaupun Shandy harus jauh dari keluarga, namun Shandy menikmati pekerjaan pertamanya tersebut. “ini adalah pekerjaan pertama saya, saya senang bekerja disini. Saya paham, jika saya salah saya akan ditegur, karena itu adalah tanggung jawab setiap pekerja dalam pekerjaan. Saya juga berharap jika teman-teman disabilitas tuli yang lainnya mendapatkan pekerjaan seperti saya. Saya akan berdoa agar teman-teman bisa menyusul saya mendapatkan pekerjaan, tetap semangat dan jangan pernah putus asa dalam setiap keadaan.”
Triple "S" Stefanus, Santi Shandy dan Adhy merupakan sosok-sosok inspiratif yang membongkar stigma yang masih luas dipercaya masyarakat Indonesia bahwa penyandang disabilitas tidak mampu bekerja. Mereka-mereka lah yang membuktikan dirinya tidak lewat kata-kata tapi dengan usaha dan karya.